I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cabe
merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah
Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar
ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman
cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20
spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya
hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit
dan paprika.
Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain
digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk
keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan
industri obat-obatan atau jamu.
Hampir
dapat dipastikan bahwa sebagian besar masyarakat di dunia telah mengenal cabai
besar. Cabe besar lazim disebut dengan nama ilmiah capsicum annuum. Di beberapa
daerah Inonesia cabai sering disebut lombok atau cabe. Dalam kehidupan
sehari-hari pendayagunaan cabe umumnya untuk keperluan bumbu dapur atau
rempah-remapah menambah citra rasa masakan ( Rahmat Rukmana dalam Ipan Sutio
Wahyudi, 2002).
Menurut (Rahmat Rukmana dalam Ipan
Sutio Wahyudi, 2002) sekalipun ketersediaan varietas dan kultivar cabai cukup
banyak, tetapi hasil rata-rata komoditas ini masih rendah. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menmingkatkan produksi cabai, antara lain dengan program intensifikasi
dan ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi yaitu dengan meningkatkan teknik
budidaya yang diguanakan misalnya penggunaan varietas cabai yang tepat dan
bermutu, sedangkan ekstensifikasi yaitu perluasan lahan penanaman baik berupa
pembentukan lahan baru atau memanfaatkan lahan kosong diantara tanaman
perkebunan yang diusahakan.
B.
Masalah
Penelitian
Provinsi
kalimantan Barat sampai saat ini belum dapat memenuhi kriteria pasar akan
kebutuhan cabai merah, diantaranya penyebabnya belum intensif usaha petani
dalam mengelola usaha tani mereka.
C.
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media mana yang berpotensi dalam
meningkatkan hasil dari tanaman cabai merah.
D. Kerangka Pemikiran
I.Tinjauan
Pustaka
a. Botani
Tanaman Cabai Besar
Didalam
dunia tumbuhan,tanaman cabai tergolong dalam keluarga
terung-terungan(Solanaceae) yang memiliki sekitar 90 genus dan 2000
spesies.dari jumlah tersebut hanaya sebagian kecil yang telah dibudidayakan dan
jenis cabai besar mewrah termasuk dalam spesies yang dibudidayakan.
Cabai
merah dapat tumbuh di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Cabai merah
dapat tumbuh subur jika ditanam di lahan gambut yang banyak terdapat humus,
tidak tergenang air dan mempunyai pH sekitar 5-6.
Menurut Gembong (1989),kedudukan
cabai dalam taksonomi taumbuhan dikalsifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi:
Angiospermae
Klass :Dicotyledoneae
Sub klass:
Metachlamydeae
Ordo : Tubiflorae
Famili : solonaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Cabai
besar (Capsicum annum L.),merupakan
salah satu komoditi hortikultura yang tergolong tanaman semusim
(annual).Desetiap cabag akan muncul bungan yang pada akhirnya berkembang
menjadi buah,karena itu memiliki tajukj yang lebar berkisar 50-90 cm.Untuk
menyangga buah di perlukan ajir agar tanaman tetap berdiri tegak.Tinngi tanaman
dewasa anatara 65-120 cm.Ukuran dan bentuk buah pada umumnya besar dan panjang
dengan berat buah bervariasi tergantung varietasnya (Samadi dalam Neny
Eryani,2005).
Akar
tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar tunggang yang terdiri
atas akar utama dan akar lateral.akar lateral mengelurakan serabut,mamapu
menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45cm(Wirayanta dalam
Neny Eryani,2005)
Batang
cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu.pada ketinggian batang
tertentu akan membentuk percabanagan seperti huruf “Y”.Batangnya berbentuk selindris,berukuran
diameter kecil dengan tajuk daun lebar dan buah cabai yang lebat (Samadi dalam
Neny Aryani,2005).Tanamannya berbentuk perdu,dengan berdiri tegak dengan batang
berkayu dan memiliki batang banyak cabang.
Daun
cabai umumya berwarna hijau muda sampai berwarna hijau gelap,tergantung
varietasnnya.Bentuknya bulat telur,oval ,lonjong,berukuran panjang 8- 12
cm,lebar 3-5 cm dan di bagian pangkal dan ujung daun meruncing.panjangtangkai
daunya berkisar 2-4 cm yang melekat pada percabangan,sedangkan tulang daunnya
berebentuk menyirip.
Bunga
cabai berbentuk seperti terompet,sama dengan bungan pada tanaman keluarga
Solonaceae lainya.Bungan cabai merupakan bungan lengkap yang terdiri dari
kelopak bunga,mahkota bunga,benang sari dan putik (Wirayanta dalam Neny
Eryani,2005).dikatakan pula tergolong berumah satu karena dapat meelakukan
penyerbukan sendiri secara sempurna dan dikatakan berkelamin dua,karena benang
sari dan putik terdapat kedalaman satu tangkai.Bungan cabai terssusun dari
tangkai bunga yanga berukuran panjang berkisar1-2 cm.Bunga cabai keluar dari
ketaiak daun.Mahkota bungan berwarna putih dan akan mengalami rontok bila buah
mulai berbentuk.Jumlah mahkota bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kelpa
putik berwarna kuning kehijauan dan tangkai kepala putiknya
berbentuk
memanjang yang berukuran panjang dan lebar sangat bervariasi tergantung varietasnya.
Bunga cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun berwarna
putih,panjangnya berkisar 0,5 cm. Sedangkan kepala sarri yang telah masak
bewrana biru sampai ungu, tangkai sari berwarna putih dengan panjang sekitar
0,5 cm.Letak bungannya berada pada posisi menggantung,berukuran panjang antara
1-1,5 cm,lebarnya berkisar 0,5 cm dan warna bungan tampaka menarik (Samadi
dalam Neny Aryani,2005).
Bunga
cabai merah kebanyakan dengan posisi menggantung. Berat cabai merah sangat
bervariasi, yakni berkisar 5-25 gr. Buah cabai yang masih muda berwarrna hiaju,
berangsur-angsur berubah menjadi menyala setelah buahnya tua (Samadi dalam Neny
Aryani,2005).
b. syarat tumbuh
Tanaman
cabai merupakan tanaman yang cocok tumbuh didaerah datarn rendah,dataran menengah
dan dataran tinggi sekitar 2.500 m dpl,yang memepunyai iklim tidak terlalu
dingin dan tidak terlalu dingin dan terlalu lembab.temperatur yang baik untuk
pertumbuhantanaman cabai adalah antarara 240 -270 C dan untuk pembentukan buah pada
kisaran 160-230 C (Rukmana dalam neny Aryani,2005).
Menurut
Wirayanta (2002:22),mengatakn bahwa kelemaban relatif yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman cabai adalah 80 %.Pada musim hujan,kelembapab akan
tinggi,sehingga menanam cabai pada musim ini akan menghadapi resiko terkenan
serangan cendawan.Sedangkan menurut Samadi ( 1997 :21),curah hujan yang
dikehendaki antara 600-1250 mm yang tersebar merata disepanjang masa
pertumbuhannya.
Untuk
pertumbahan yang optimal,tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya
selama 10-12 jam untuk fotosintesis,pembutukan bunga dan buah,serta pemasakan
buah.karena itu ,lokasi penanaman yang dipilih harus bebas dari tanaman-tanaman
pelindung yang dapat menghalangi sinar (Wirayanta dalam Neny Eryani,2005).Bila
ditanam ditempat terlindung,tanaman akan mengalami etiolasi dan pembentukan
cabang-cabang terlambat (Instalansi Pengkajian Teknologi Pertanian Ujung Padang
dalam neny Eryani,2005).cabai ini termasuk tanaman berhari netral,artinya dapat
berbunga spanjang tahun baik pada hari-hari pendek maupun hari-hari panjang.
Tanaman
cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanha seperti
allauvial,podsolik,lotosol dan organosol asalkan syarat tumbuh yang dikehendaki
dapat terpenuhi (BIP dalam Neny Eryani,2005).Untuk mendapatkan kuantiatas dan
kualitas hasil hasil cabai yang tinggi,cabai mengkehendaki tanah yang
subur,gembur kaya akan bahan organik,tidak mudah becek atau mengenang,bebas
dari cacing atau nematoda atau penyakit ular tanah (Rukmana dalam Neny
Eryani,2005).
Masih
menurut Rukmana (1996;26),kisaran pH tanah yang ideal adalah antara
5,5-6,8,karena pada pH dibawah 5,5 atau diatas 6,8 hanya akan mengahasilkan
produksi yang sedikit atau rendah.Bagi pH dibawah 5,5 dapat diperbaiki
keadaanya dengan cara pengapuran,sehingga pHnya naik mendekati normal.
Untuk
menghindari menggenangnya air,menanam cabai pada musim hujan paling bagus
dilakukan diokulasi yang agak miring ,tetapi tidak lebih dari 350
.Jika lahan yang akan di tanamani cabai terlalu datar,perlu dibuat saluran
pembuangan air sewaktu mengolahan lahan (Wirayanta dalam Neny Eryani,2005)
c. Penyakit antraknosa (Colletotrichum capsisi)
cendawaan
C.capsisi (syd) Butl.et Bisby
dianggap sebagai penyebab panyakit antraknosa (Semangun dala neny Eryani,2005).
Penyakit antraknosa yang telah lama
dikenal,merupakan penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani
cabai.hal itu,dikarenakan buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu menjadi
busuk lunak.Gejala ini dijumpai di pertanian cabai,baik ketika cabai masih
dalam pertanaman maupun setelah di panen (Media dalam neny Eryani,2005).
Sekali
tanaman cabai terkena antraknosa,maka
akan sulit untuk pengendaliannya.Oleh karena itu,tindakan paling baik untuk
penyakit tersebut adalah melakukan pencegahan sebewlum terjadi serangan.
Cendawan
C.capsisi
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di belakang laboratorium dasar-dasar agronomi fakultas
pertanian universiatas tanjungpura jalan. Dr. H. Hadari nawawi. Waktu penelitian
kurang lebih selama tiga bulan
B. Bahan
dan alat penelitian
1. Bahan
penelitian
a. Benih
tanaman cabai besar yang digunakan yaitu benih dari Varietas capsicum annum L.
b. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang dan NPK (15:15:15). Pempukan ini diguanakan
berdasarkan perlakuan yang diberikan pada budidaya cabai merah
c. Polybag
yang digunakan yaitu polybag yang berwarna hitam dengan ukuran 40 × 50 cm.
d. Media
yang akan digunakan adalah tanah ultisol. Media yang digunakan merupakan
perlakuan yang diberikn pada tanaman cabi besar.
2. Alat
penelitian
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat tulis,meteran, timbangan,
cangkul, arit/parang, termometer, hansprayer.
C. Rancangan
penelitian
Penelitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis media yang terdiri dari 5 taraf dan 2
ulangan dan setiap ulangan terdapat 2 tanaman. Sehingga jumlah keseluruhan
tanaman adalah 10 tanaman. Perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A0
= 10 kg tanah aluvial
A2
= 3 kg pukan + 7 kg tanah aluvial
A3
= 4 kg pukan + 6 kg tanah aluvial
A4
= 5 kg pukan + 5 kg tanah aluvial
D. Pelaksanaan
Penelitian
1.
Benih cabe besar yang digunakan
a. persemaian
benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku
selama 30 menit. Benih disemai dalam gelas-gelas plastic dengan perbandingan
bahan penyusun media semai yaitu pupuk kandang: pasir: tanah bakar adalah 1:1:1
b. pemindaian
pemindaian bibit dilakukan setelah tanaman berumur 21
hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun dalam umah penelitian
dengan memilih bibit yang seragam.
3. Persiapan Media
Tanam
Media tanam yang digunakan yaitu lumpur mlimbah karet
yang dipadat kan TKKS yang dicacah menggunakan parang, lumpur limbah kelpa
sawit yang dihancurkan dari setiap bonggolan nya dan tanah alluvial. Media yang
digunakan merupakan media murni limbah tanpa mencampur dengan media tanam lain.
Pennanaman dilakukan
dengan menggunakan polibag yang masing-masing terdiri dari pukan dan tanah
alluvial.
4. Aplikasi Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara memendam pupuk dalam
media disekitar tanaman sehingga pupuk yang mudah menguap tidak gampang menguap
dan dapat terserap oleh tanaman secara
maksimal, pemupukan dilakukan berdasar kan pemupukan anjuran, yaitu pemupukan 1
dilakukan satu minggu setelah tanam dengan dosis 10g NPK + 10g Urea, pemupukan
ke II dilakukan seminggu setelah pemupukan ke 1 denagn dosis 10g NPK + 10g urea,
pemupukan ke III dilakukan seminggu setelah pemupukan ke II dengan dosis 10g
NPK + 10g Urea + 10g Sp36, pemupukan ke IV dilakukan dua minggu setelah
pemupukan ke III dengan dosis 5g Urea+ 5g Sp36 + 5g KCL, pemupukan ke V
dilakukan dua minggu setelah pemupukan ke IV yaitu dengan dosis 5g Urea+ 5g
Sp36 + 5g KCL.( Cahyono, 2003)
5. Persiapan media
tanam
a. penyiraman
dilakukan 1-2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari
sebanayak 300 ml dengan menggunakan air hujan.
b. penyiangan.
Penyianagan dilakukan bila pada media tanam tumbuh gulma,
bisa dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma itu.
c. pencegahan dan
pemberantasan hama
Apabila terjadi seranagan hama yang tidak terlalu
mengganggu maka hanya ditanggulangi secara manual, tapi bila tingkat serangan
sudah sampai mengganggu pertumbuhan tanaman maka penanggulangan menggunakan
insektisida.
d. pemilihan cabang
produksi
Pada tanaman paprika perlu dilakukan pemilihan cabang
utama untuk produksi, dengan hanya membiarkan dua batang cabang yang hidup sebagai
cabang utama. Pemilihan cabang tanaman produksi ini dilakukan karena paprika
secara alami akan membentuk semak, dari batang utama akan bercabang dan dari
setiap cabang akan membentuk dua cabang sehingga tanaman akan terlihat
bergerombol. Apabila tidak dilakukan pemilihan cabang akan menghasilkan bunga
yang banyak karena pada sudut diantara dua cabang akan berpotensi menghasilkan
bunga. Pemilihan cabang produksi ini juga dimaksud kan mengefesienkan
translokasi fotosintesis dari daun menujuu buah dan mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik. Didalam pemilihan
cabang produksi sebaik nya mempunyai criteria, antara lain yaiyu kondisi cabang
lebih baik dan sehat dari pada cabang lain yang tumbuh, jarak antarcabang berjauhan
dan mengahadap keluar, ukuran atau besar cabang seimbang. Mempunyai vigor yang
baik dan bebas dari penyakit.
e. pembuangan daun semu
Daun-daun
semu yang tumbuh diketiak daun sebaik nya dibuang, karena tidak bermanfaat dan
menyerap energy hasil asimilasi itu sendiri.
f. Pengajiran
Dilakukan untuk menopang tumbuh nya tanaman dengan tali
agar bisa berdiri tegak sesuai dengan pengaturan alur yang direncanakan. Tali
diikat pada rak tempat meletakkan polybag
dengan palang kau yang ada diatas.
g. Pemangkasan
Dilakukan untuk mengatur tanaman agar tidak terlalu
rimbun dan unsure hara yang ada tidak terlalu cepat habis terserap. Pemangkasan
dilakukan saat cabang yang keluar sudah mencapai kurang lebih 5 cm, kemudian
dipotong dengan meninggal kan kurang lebih 2 cm batang percabangan, hal ini
dilakukan apabila terjadi pembusukan tidak langsung pada cabang utama.
h. panen
Dalam pemanenan harus diperhatikan bebrapa hal, seperti
waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi dua yaitu
panen buah matang hijau dan paenen buah matang bewarna(merah). Pada penelitian
ini pemanenan dilihat pada buah sudah bewarna merah. Pada saat pemetikan jangan
sampai merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah paprika sebaik nya
dipanen beserta tungkai buah nya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam.
Usahakan agar tungkai buah tidak terlepas atau tertinggal di cabang tanaman
karena bisa menyebab kan buah mudah terserang pathogen. Panen buah sudah
bewarna merah merata dan daging buah bewarna tebal.
E. Pengamatan
Penelitian
1. Tinggi tanaman (cm)
Diukur mulai dari permukaan media sampai ujung titik
tertinggi, dilakukan setiap dua minggu
setelah tanam sampai tanaman memasuki fase generative yaitu saat bunga muncul.
2. Diameter batang (mm)
Diukur menggunakan jangka sorong, dilakukan setelah dua
minggu setelah tanam sampai tanaman dipanen, diukur 1 cm dari permukaan media.
3. Berat buah (g)
Dihitung berdasarkan rata-rata berat buah pertanaman
kemudian dijumlah kan pada tiap perlakuan dan dibagi 3(ada tiga tanaman pada
tiap perlakuan).
Selain mengamati pada variable pertumbuhan, juga
dilakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan penenelitian, yaitu:
a.
Suhu udara
Diukur setiap hari
dengan thermometer pada pagi 07.00, siang 12.00, dan sore 17.00.
Rata-rata suhu (T)
dicari dengan rumus:
b.
Kelembaban
Diukur tiap hari dengan
menggunakan hygrometer , pada pagi, siang dan sore.
Rata-rata kelembaban
dapat dihitung dengan rumus:
RH=
F. Analisis Statistik
Dilakukan pada
variable pengamatan yaitu tinggi
tanaman, diameter batang dan berat buah.
Jika dari hasil sidik
ragam F hitung berpengaruh nyata, maka dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 0,05 dengan
rumus:
BNJ=Qα(p.db
G)
ktgperR
q
Tidak ada komentar:
Posting Komentar