Selasa, 26 Februari 2013
Rabu, 20 Februari 2013
BUKU AJAR NUTRISI BAB IV DEFISIENSI HARA, GEJALA DAN CARA MENDIAGNOSISNYA
Suplai Hara dan Respons Pertumbuhan
Untuk tumbuh normal
tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup. Apabila suatu tanaman mengalami kekurangan
unsur hara, maka tanaman tersebut akan menunjukkan gejala kekurangan unsur
hara, sebaliknya apabila tanaman
memperoleh unsur hara dalam jumlah melebihi keperluannya untuk tumbuh normal,
maka tanaman tersebut akan menunjukkan gejala keracunan. Gambar 4.1 dengan sederhana mengilustrasikan
hubungan antara suplai hara bagi tanaman dan respon pertumbuhan tanaman.
Gambar 4.1. Hubungan antara suplai hara
dan pertumbuhan
|
Diagnosis Defisiensi Hara
dengan Menggunakan Gejala Visual
Setiap jenis tanaman menunjukkan gejala
kekurangan unsur hara yang berbeda-beda. Menganalisis gejala yang
ditunjukkan tanaman adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk
mengetahui adanya kekurangan unsur hara.
Gejala visual dapat dijadikan dasar bagi diagnosis
defisiensi hara karena gejala visual defisiensi adalah khas untuk unsur hara
tertentu. Pengamatan yang teliti di lapangan serta
bekal pengalaman dan ilmu yang mencukupi akan menghasilkan analisis yang lebih
akurat.
Gejala terlihat jelas jika defisiensinya akut dan laju
pertumbuhan atau hasil sudah tertekan secara nyata. Namun demikian terdapat sejumlah
perkecualian, misalnya:
-
Gejala defisiensi Mg pada
tanaman sereal kadang-kadang sudah terlihat pada kondisi lapang selama
pembesaran batang tanpa pengaruh yang
merugikan pada hasil akhir biji (Pissarek, 1979, dalam Marschner, 1995).
Tabel
4.1. Beberapa prinsip diagnosis
visual defisiensi dan toksisitas hara
(Marschner, 1995).
Bagian tanaman Gejala Visual Penyebab
|
Defisiensi
Seragam
N (S)
Klorosis
Interveinal atau blotched
Mg (Mn)
Helai daun tua
dan
dewasa Nekrosis Scorch pada ujung dan
pinggir K
Interveinal Mg
(Mn)
Seragam
Fe (S)
Helai daun
muda Klorosis Interveinal atau
blotched Zn (Mn)
dan pucuk
Nekrosis
(klorosis)
Ca, B, Cu
Deformasi
Mo (Zn, B)
Toksisitas
Nekrosis
Bercak
Mn (B)
Helai daun
tua
Scorch pada ujung dan pinggir B, garam
dan dewasa
Klorosis, nekrosis
Toksisitas
nonspesifik
|
-
Sejumlah spesies tanaman pada
vegetasi alamiah, terutama yang telah beradaptasi terhadap tempat tumbuh yang
miskin hara, menyesuaikan laju pertumbuhan mereka terhadap hara yang menjadi
pembatas (limiting nutrient) sehingga
gejala visual defisiensi tidak muncul (Chapin, 1983, 1988, dalam Marschner, 1995).
Diagnosis yang didasarkan pada gejala visual memerlukan
pendekatan yang sistematis (contohnya dapat dilihat pada Tabel 4.1).
Gejala visual defisiensi dan toksisitas hara dapat
dikategorikan ke dalam lima jenis, yaitu:
1)
klorosis,
yaitu suatu proses penguningan, baik seragam maupun interveinal (di antara jaringan pembuluh), pada jaringan tanaman
yang disebabkan oleh berkurangnya pembentukan klorofil
2)
nekrosis,
yaitu kematian jaringan tanaman
3)
kurangnya pertumbuhan baru atau
pertumbuhan terminal yang menyebabkan
rosetting
4)
penumpukan antosianin
yang menampakkan warna kemerahan
5)
kerdil
(stunting) baik dengan warna normal,
hijau tua maupun kuning
(Bennett, 1994).
Untuk mengetahui kebutuhan pupuk bagi tanaman dan tanah,
perlu dipelajari dua hal yaitu unsur hara apa yang dibutuhkan, dan berapa
masing‑masing unsur hara diperlukan oleh tanaman sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
1.
Mengetahui Kebutuhan Unsur Hara Tanaman
Untuk mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur hara, hendaknya
dilakukan :
a.
Penyelidikan Gejala
Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman yang Sedang Tumbuh
Telah kita ketahui bahwa gejala-geiala kekurangan
(defisiensi) unsur hara dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebutuhan hara
pada tanaman. Dalam pengamatan gejala‑gejala defisiensi ini hendaknya dibedakan
antara gejala‑gejala kekurangan unsur hara dengan tanda‑tanda adanya serangan
hama atau penyakit. Gejala‑gejala yang jelas terlihat (gejala visual) harus
diamati dengan seksama. disesuaikan dengan tanda‑tanda defisiensi masing‑masing
unsur hara, agar dapat ditetapkan dengan pasti unsur hara apa yang berada dalam
keadaan kurang. Gejala‑gejala ini biasanva diamati pada daun, titik tumbuh,
keadaan pertumbuhan tanaman, dan lain‑lain.
Klorosis atau nekrosis dan pola
keduanya merupakan kriteria yang penting untuk diagnosis defisiensi hara
berdasarkan gejala visual. Namun perlu
diingat bahwa diagnosis dengan menggunakan gejala visual mempunyai sejumlah
kelemahan, diantaranya:
-
Diagnosis menjadi rumit pada
tanaman di lapangan apabila lebih dari satu hara defisien, atau ada beberapa
hara yang gejala defisiensinya secara visual mirip, atau apabila
defisiensi satu hara terjadi bersamaan dengan toksisitas hara lain.
Contoh: Pada tanah masam yang tergenang
toksisitas Mn dan defisiensi Mg dapat terjadi bersamaan.
-
Diagnosis juga rumit bilamana
terjadi serangan penyakit, hama, dan gejala-gejala lain, misalnya yang
disebabkan oleh kerusakan mekanis.
Untuk membedakan gejala gangguan nutrisi (baca: defisiensi
atau toksisitas) dari gejala-gejala lainnya, sangat perlu dicamkan bahwa
gangguan nutrisi selalu mempunyai suatu pola simetris yang khas: daun dari
posisi yang sama/mirip (usia fisiologis) pada tanaman menunjukkan pola-pola
gejala yang sama atau hampir sama, dan terdapat suatu gadasi beratnya gejala
dari daun tua ke daun muda (Tabel 4.1).
Untuk membuat diagnosis visual yang tepat, diperlukan
informasi tambahan, mencakup pH tanah, hasil uji tanah untuk hara mineral,
status air tanah (kering/tergenang), kondisi cuaca (misalnya temperatur), dan
aplikasi pupuk, fungisida atau pestisida.
Meskipun mempunyai sejumlah kelemahan, hasil diagnosis dengan
m,enggunakan gejala visual dapat dijadikan dasar membuat secara cepat
rekomendasi pemupukan, terutama untuk aplikasi pupuk melalui daun.
b. Analisis Tanah
Analisis tanah bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah
unsur hara yang tersedia di dalam tanah bagi tanaman. Dengan analisis tanah
dapat ditentukan jenis dan jumlah pupuk yang harus diberikan pada tanah untuk
dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang tumbuh di atasnya.
Analisis tanah tidak dapat dilaksanakan sendiri. Untuk
analisis tanah kita dapat meminta bantuan kepada balai-balai penelitian,
laboratorium pada perguruan tinggi pertanian atau pusat penelitian tanah,
melalui petugas-petugas dinas pertanian atau mengirimkannya sendiri ke instansi
yang disebutkan tadi. Untuk analisis tanah diperlukan adanya contoh (sampel)
tanah yang diambil dari lahan yang bersangkutan.
c.
Analisis Jaringan Tanaman
Analisis jaringan tanaman dimaksudkan untuk mengetahui berapa
banyak unsur hara yang diperlukan dan dapat diambil oleh tanaman. Untuk maksud
menganalisis jaringan tanaman ini kita harus mengambil contoh (sampel) jaringan
tanaman. Contoh jaringan tanaman yang
digunakan sebagai bahan untuk dianalisis adalah daun, karena daun merupakan
bagian tubuh tanaman yang aktif. Di dalam daun berlangsung fotosintesis, suatu
kegiatan hidup tanaman yang sangat penting. Di dalam daun dan dalam proses
fotosintesis inilah unsur‑unsur hara tanaman berperan.
|
Penggunaan analisis kimiawi bahan
tanaman untuk tujuan diagnosis didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan sebab
akibat antara laju pertumbuhan tanaman dan kandungan hara di dalam bahan
segar/kering dari pucuk tanaman.
Jaringan yang biasa dipakai dalam analisis adalah daun, tetapi
kadang-kadang dengan alasan tertentu juga dipakai petiole, buah dan biji. Contohnya adalah adanya hubungan yang erat
antara kandungan unsur hara mangan di dalam helai daun termuda dan bobot kering
pucuk tanaman barley baik yang ditumbuhkan di dalam ruang pertumbuhan maupun di
bawah kondisi lapangan (Gambar
4.2).
Hasil analisis daun akan menunjukkan unsur-unsur hara apa
yang berada dalam batas kritis (critical level atau yang biasa disebut critical
deficiency content = CDC). Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa
beberapa unsur hara berada di bawah angka batas kritis, maka penambahan unsur
hara yang bersangkutan dalam bentuk pemupukan mutlak diperlukan. Untuk unsur‑unsur
hara yang berada di atas batas‑batas kritis penambahan unsur hara tersebut
dalam bentuk pemupukan tidak akan sebanyak yang disebut pertama, atau mungkin
tidak perlu ditambahkan.
Pengambilan contoh daun untuk
dianalisis harus mengikuti metode tertentu, yang berbeda untuk tiap‑tiap jenis
tanaman. Ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih sampel organ tanaman untuk keperluan analisis,
antara lain: Usia fisiologis tanaman
atau bagian tanaman, spesies tanaman, interaksi dan rasio antar hara,
dan faktor lingkungan.
Usia fisiologis tanaman atau bagian
tanaman merupakan faktor terpenting yang perlu diperhatikan karena ia
mempengaruhi kandungan hara mineral di dalam bahan kering tanaman. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 yang
menunjukkan bahwa sampel yang diambil dari helaian daun termuda dari tanaman clover
menunjukkan nilai CDC hara Cu yang relatif sama pada berbagai tingkat umur
tanaman, tetapi bagian atas tanaman secara keseluruhan menunjukkan nilai CDC
yang terus menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman tersebut.
Interpretasi hasil analisis dari berbagai jenis tanaman
dapat dilihat pada Plant Analysis Handbook
yang disusun oleh Jones, Wolf dan Mills (1991).
Tabel 4.2. Nilai CDC unsur hara tembaga
(pada tingkat hasil maksimal) di dalam organ tanaman Subterranean Clover
pada berbagai tingkat umur tanamana
Umur tanaman (hari setelah tanam)
------------------------------------------------
Bagian tanaman 26
40 55 98 Fb
Seluruh bagian atas 3.9 3.0 2.5 1.6 1.0
Helaian daun termuda 3.2 ~3
~3 ~3 ~3
a
CDC dinyatakan dalam
satuan mg/g bobot kering. Berdasarkan Reuter et al. (1981)
Fb
Pembungaan awal.
d.
Percobaan Pemupukan
Percobaan pemupukan merupakan cara terbaik untuk mengetahui
secara pasti pupuk apa dan berapa jumlahnya yang diperlukan oleh tanaman yang
tumbuh pada suatu lahan. Percobaan dapat dilakukan secara sederhana atau secara
teliti dengan rancangan percobaan yang canggih disesuaikan dengan kebutuhan.
Bentuk percobaan. dapat berupa percobaan laboratorium atau percobaan lapangan.
2.
Kebutuhan Pupuk.
Kebutuhan tanaman akan pupuk
ditentukan setelah diketahui hasil‑hasil pengamatan dan penelitian seperti
dijelaskan pada bagian terdahulu. Dalam keadaan di mana belum diketahui secara
pasti kebutuhan unsur hara karena belum dilaksanakan analisis tanah, analisis
jaringan tanaman maupun percobaan-percobaan pemupukan, kebutuhan pupuk bagi
tanaman lebih didasarkan pada pertimbangan jenis tanaman apa yang kita pupuk
dan bagaimana bentuk hasilnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa:
-
Jenis‑jenis tanaman yang diambil
bagian vegetatifnya seperti daunnya (sayuran daun: kubis, petsai, bayam dan
lain‑lain), jenis pupuk yang dibutuhkan terutama adalah pupuk N dan sedikit
pupuk P dan K.
-
Tanaman umbi‑umbian (sumber
karbohidrat) terutama membutuhkan pupuk N dan K serta sedikit P.
-
Tanaman padi‑padian dan palawija
serta bunga‑bungaan (bagian generatif) terutama membutuhkan pupuk N dan P serta
K.
-
Tanaman tahunan seperti tanaman
perkebunan (karet, kelapa sawit) membutuhkan pupuk N, P, K, unsur sekunder (Mg) dan unsur hara mikro (B).
BAB IX
PENENTUAN DOSIS PUPUK
Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk
harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, tidak terlalu
banyak dan tidak pula terlalu sedikit. Bila diberikan pupuk terlalu banyak,
larutan tanah akan terlalu pekat sehingga dapat mengakibatkan keracunan pada
tanaman. Sebaliknya, bila diberikan terlalu sedikit pengaruh pemupukan pada
tanaman mungkin tidak akan tampak. Pemberian pupuk dalam jumlah yang tepat
sehingga diperoleh hasil permupukan yang optimal disebut dosis pemupukan.
Tingginya dosis pernupukan untuk berbagai tanaman berbeda‑beda.
Untuk mengetahui dosis yang tepat diperlukan data‑data hasil percobaan. Dalam
keadaan di mana hasil percobaan belum tersedia, dosis pupuk yang digunakan
adalah dosis rekomendasi yaitu dosis pemupukan yang diberikan oleh balai‑balai
penelitian atau instansi yang berwenang.
Dosis pemupukan dinyatakan sebagai jumlah unsur hara dalam kg
yang diberikan kepada tanaman untuk luas satu hektar pertanaman, dinyatakan
sebagai: …. kg N + …. kg
P2O5 + …. kg K2O / ha.
Beberapa contoh dosis rekomendasi:
a. Tanaman Pangan dan Sayuran (BP BIMAS, 1977)
1).
Padi varietas baru: 135 kg N + 60 kg P2O5 + 30 kg K2O.
2).
Padi varietas biasa: 45 kg N + 60 kg P2O5 + 30 kg K2O
3).
Jagung: 90‑120 kg N + 30‑45 kg P2O5 + 25 kg K2O
4).
Sorghum (cantel): 90 kg N + 45 kg P2O5 + 30 kg K2O
5).
Ubi kayu: 60‑90 kg N + 35 kg P2O5 + 50 kg K2O
6).
Ubi jalar: 30‑60 kg N + 18 kg P2O5 + 50‑100 kg K2O
7).
Kedelai: 2‑4 ton kapur mati
8).
Kacang tanah: 4‑6 kuintal gipsum + 15‑20 kg N
+ 45 kg P2O5
9).
Kacang hijau: 0 kg N + 60 kg P2O5
+ 25 kg K2O
10).
Kentang: 80‑130 kg N + 90‑160 kg P2O5 + 0 ‑110 kg K2O
11).
Kubis: 45‑180 kg N + 30‑160 kg P2O5 + 0 ‑ 100 kg K2O
12).
Tomat: 60 kg N + 100 kg P2O5 + 50 kg K2O
13).
Lombok: 45‑145 kg N + 0‑90 kg P2O5 + 0‑50 kg K2O
14).
Kangkung: 54 kg N
15).
Bayam: 45‑90 kg N
b. Tanaman Perkebunan
1). Kelapa (tahun ke‑4): 500 g
Urea + 800 g TSP + 600 g KCl + 200 g
Kiserite per pohon.
2). Karet (tahun ke‑5): 600 g urea + 133 g TSP + 180
g ZK per pohon
3). The:
230 kg NPK 15‑15‑15 + 450 kg ZA per hektar
4). Kopi: 300
kg NPK 15‑15‑15 + 220 kg ZA per hektar
5). Tebu: 500 kg ZA + 100 kg TSP + 100 kg ZK per hektar
6). Kelapa sawit: 400‑500 kg NPK 15‑15‑15 per hektar
7). Tembakau: 125 kg urea + 225 kg TSP + 350 kg ZK per hektar
8). Cengkeh (umur 15 th): 5 kg
NPK 13‑13‑21 + 1,25 kg (urea + Kiserite
+ dolomit) per pohon.
Catatan :
Pemupukan pada tanaman perkebunan
tahunan diberikan sebanyak dua kali per tahun, yaitu pada awal musim hujan
(September‑Oktober) dan akhir musim hujan (Maret-April). Dosis aktual untuk
beberapa jenis tanaman disesuaikan dengan umur tanaman atau hasil analisis
daun.
Perhitungan Kebutuhan Pupuk
1. Menghitung Kebutuhan Pupuk Per
Hektar
Banyaknya pupuk yang dibutuhkan per
hektar tergantung pada jumlah unsur hara yang dibutuhkan (dosis) dan besarnya
kandungan hara dalam pupuk yang bersangkutan.
Misalnya kita menganggap lahan yang akan kita tanami membutuhkan unsur
hara N, P, dan K. Dari percobaan terbukti bahwa untuk mencapai hasil yang
optimal direkomendasikan untuk diberikan pemupukan dengan dosis 60 kg N, 30 kg P2O5 dan 40 kg K2O. Bila pupuk yang tersedia adalah ZA (21% N), ES (18% P2O5) dan KCl (60% K2O), maka banyaknya tiap jenis pupuk yang harus
disediakan adalah:
|
||||
|
||||
|
b. Menghitung Kebutuhan Pupuk
untuk Luas Tertentu
Menghitung kebutuhan pupuk untuk luas
tertentu dapat menggunakan rumus
|
dimana:
A = luas yang akan dipupuk (m2)
B = dosis pemupukan (kg/ha)
C = kadar pupuk (%)
Contoh perhitungan
Sebidang sawah seluas 750 m2
akan dipupuk dengan dosis 120 kg N, 45 kg P2O5 dan 50 kg K2O. Pupuk yang tersedia adalah urea (45% N), TSP (46% P2O5), dan KCl (50% K2O). Perhitungan
kebutuhan pupuknya adalah:
|
|
||
|
c. Menghitung Kebutuhan Pupuk Bila yang Tersedia Pupuk
Majemuk dan Pupuk Tunggal
Bila yang tersedia pupuk majemuk dan
pupuk tunggal, untuk memenuhi dosis pemupukan penuhilah pertama-tama dengan
pupuk majemuk (sebagai pupuk dasar) dan kekurangannya dilengkapi dengan pupuk
tunggal.
Contoh perhitungan ke‑1
Di suatu daerah ditetapkan dosis
pemupukan padi varietas PB5: 90 kg N dan 20 kg P2O5 per hektar. Pupuk yang tersedia adalah Complesal 20‑20‑0
dan urea. Berapakah masing‑masing pupuk itu harus disediakan dan kapan waktu
pemberiannya ?.
Jawab:
-
Dosis per
hektar 90 kg N + 20 kg P2O5.
-
Penuhi
dengan Complesal 20‑20‑0 kebutuhan 20 kg N dan 20 kg P2O5, dan sisa kebutuhan N yang sebanyak 70 kg dipenuhi
dengan urea.
-
Jadi jumlah
pupuk yang harus disediakan adalah: 100 kg Complesal 20‑20‑0 yang mengandung 20
kg N dan 20 kg P2O5 dan urea sebanyak 100/45 x 70 kg = 155 kg.
-
Kebutuhan
pupuk seluruhnya dan waktu pemberiannya adalah 100 kg Complesal 20‑20‑0 diberikan
sebagai pupuk dasar, 77,5 kg urea diberikan sebagai pupuk susulan I, dan 77,5
kg urea diberikan sebagai pupuk susulan II.
Contoh perhitungan ke‑2
Tanaman tomat seluas 1 hektar akan
dipupuk dengan dosis pemupukan 60 kg N + 100 kg P2O5 + 50 kg K2O. Pupuk yang tersedia adalah pupuk majemuk NPK 15‑15‑15,
urea (45% N) dan TSP (46% P2O5).
Hitunglah kebutuhan masing‑masing pupuk !.
Jawab:
-
Dosis
pemupukan per hektar: 60 kg N + 100 kg P2O5
+ 50 kg K2O.
-
Penuhi
kebutuhan untuk dosis yang besarnya sama dengan pupuk majemuk NPK 15‑15‑15, dan
sisanya dengan pupuk tunggal.
-
Dosis per
hektar: 60 kg N + 100 kg P2O5 + 50 kg K2O dipenuhi dengan NPK 15‑15‑15 = 50 kg N + 50 kg P2O5
+ 50 kg K2O
-
Sisanya
dicukupi pupuk tunggal = 10 kg N + 50 kg P2O5.
-
Jadi
kebutuhan masing‑masing pupuk adalah sbb:
§ NPK 15‑15‑15 = 100/15 x 50 kg = 333,3 kg
§ Urea = 100/45 x 10 kg = 22,2 kg 45
§ TSP = 100/46 x 50 kg = 108,7 kg
d. Cara Menghitung Persentase
Unsur Hara Yang Diketahui Jumlah Pupuknya
Misalnya akan dianalisis campuran
pupuk yang terdiri dari 150 kg ZA (21% N), 600 kg ES (20% P2O5) dan 100 kg KCl (60% K2O). Cara menghitung jumlah N, P2O5 dan K2O yang tersedia dalam campuran pupuk tersebut di atas
adalah sbb :
-
N = 150 x
21/100 kg = 31,5 kg
-
P2O5 = 600 x 20/100 kg = 120,0 kg
-
K2O = 100 x 60/100 kg = 60,0 kg.
Untuk menghitung persentase N, P2O5 dan K2O dalam campuran adalah dengan membagi tiap‑tiap jumiah
unsur hara tersebut dengan berat total dikalikan dengan 100%. Jadi dalam pupuk tersebut terdapat :
31,5/850 x 100% = 3,7% N
120/850 x 100% = 14,1% P2O5
60/850 x 100% = 7,0 % K2O.
Dengan demikian komposisi N‑P2O5‑K2O dari pupuk campuran itu adalah 3,7‑14,1‑7,0.
Catatan: Angka 850 didapatkan dari penjumlahan 150 kg
ZA + 600 kg ES + 100 kg KCl yang dicampur.
Langganan:
Postingan (Atom)