Rabu, 20 Februari 2013

BUKU AJAR NUTRISI TANAMAN BAB 1 DAN BAB 2


    A.      Sejarah
Pengetahuan nutrisi tanaman telah dihimpun sejak zaman sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari penemuan Herodatus pada tahun 2500 sebelum masehi di lahan pertanian di Mesopotamia (daerah yang dibatasi oleh delta Tigris dan Euphrat). Beliau menemukan fakta bahwa penanaman satu jenis tanaman secara terus-menerus pada lahan yang sama mengakibatkan kesuburan tanahnya menurun. Tetapi apabila tanah tersebut diberi pupuk kandang maka kesuburan tanahnya dapat dipertahankan. Dengan kata lain, organ tanaman yang dipaen menguras bahan-bahan yang ada di dalam tanah sehingga tanpa penambhanan bahan tersebut mengakibatkan makin banyak bahan yang akan terkuras, akhirnya kesuburan tanah dan hasil tanamannya makin berkurang. Berdasarkan fakta ini, tampaknya pada saat tersebut sudah ditemukan indikasi adanya sumber makanan yang berada di dalam tanah yang berguna bagi tanaman.
Beberapa pakar lain yang berjasa dalam bidang nutrisi tanaman dan hidup pada zaman sebelum masehi dan zaman masehi antara lain : Odyssey, Xenophon, Theophratus, Cato, Virgil dan Plyny. Sayangnya penemuan mereka hanya disajikan secara deskriptif saja dan belum disajikan secara kuantitatif.
Baru pada awal tahun 1600 J.B. Van Helmont, seorang ahli fisika bangsa Belgia mengawali penelitian nutrisi tanaman secara kuantitatif. Percobaannya sebagai berikut:
Pucuk tanaman Willow seberat 2,5 kg ditanam dalam pot tanaman yang berisi tanah kering oven seberat 100 kg. Air siraman berasal dari air hujan dan bila perlu disiram dengan air suling atau destilasi.
Lima tahun kemudian tanaman dan tanah dikeringkan dikeringkan kembali di dalam oven hingga mencapai bobot konstan. Ternyata bobot kering tanah tidak berubah, tetap 100 kg, bobot kering tanaman Willow menjadi 84,5 kg. Berarti ada tambahan 82 kg (berupa kayu, akar, kulit kayu dan lain-lain). Berdasarkan kenyataan tersebut beliau menduga bahwa bahan makan untuk pertumbuhan tanaman hanya berasal dari air. Percobaan ini pada saat tersebut dianggap sebagai penelitian yang terencana baik, dilakukan dengan hati-hati dan perhitungannya tepat. Atas jasanya, beliau dijuluki  A pioneer in a new science.
Dugaan beliau dipertahankan sampai tahun 1656, setelah J.R. Glauber, seorang ahli kimia berkebangsaan  Jerman , mempermasalahkan dugaan ini. Beliau tidak sependapat bahwa air adalah satu-satunya zat yang dibutuhkan tanaman sebagai makanan. Beliau berpendapat bahwa KNO3 sebagai sumber makanan tanaman.
Tahun 1699, John Woodward, profesor ahli obat-obatan di Universitas London, menemukan perbedaan pertumbuhan tanaman spearmint yang ditanam pada berbagai sumber air (Tabel 1.1). Beliau mengemukakan bahwa besarnya peningkatan pertumbuhan sesuai dengan tingkat ketidakmurnian air. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa tanaman tidak tersusun dari air saja tetapi tersusun pula dari bahan tertentu yang ada di dalam tanah. Setelah adanya gejala ini penelusuran mengenai hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan faktor luar berkembang terus.
Salah seorang yang mengawali penelitian pengaruh nutrisi tanaman terhadap pertumbuhan tanaman di lapang  adalah Justus Van Leibig (1803-1873), ahli kimia organik bangsa Jerman, yang mengenalkan The Law Of The Minimum atau Hukum Minimum.

Tabel 1.1. Pengaruh sumber air terhadap pertumbuhan spermint pada umur 77 hari setelah tanam (Woodward, 1699 dalam Blair, 1979)
 

Sumber air                                           Pertumbuhan relatif
Air hujan                                                         6,2
Air Sungai Thames                                          9,2
Hyde Park Conduit                                         48,9
50 g Garden mould                                         100


            Penelitian-penelitian nutrisi tanaman secara kuantitatif sangat pesat perkembangannya setelah Dennies Robert Hoagland (1884-1949) berhasil menumbuhkan tanaman pada larutan yang berisi garam mineral. Larutan ramuan beliau dikenal dengan ramuan Hoagland. Selanjutnya penelitian hubungan nutrisi tanaman dan tanaman berkembang terus sampai saat ini dengan ditemukan berbagai peralatan yang menunjang analisa tanah dan tanaman, maka penelitian nutrisi makin bervariasi, baik ditinjau dari segi nutrisi maupun interaksi nutrisi dan faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang memperngaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.

B.         Fenomena Respon Tanaman Terhadap Nutrisi Tanaman

1.            Hukum Minimum Leibig
            Isi hukum ini sebagai berikut:
“The amount of plant growth is regulated by the factor present in minimum amount and rises or falls accordingly as this is increased or decreased in amount”.
Artinya:   Laju pertumbuhan tanaman diatur oleh adanya faktor yang berada dalam jumlah minimum dan besar kecilnya laju pertumbuhan ditemtukan oleh peningkatan dan penurunan faktor yang berada dalam jumlah minimum tersebut.
            Konsepnya digambarkan dalam bentuk gentong (Gambar 1.1). Pada Gambar 1.1 tampak bahwa untuk mencapai kemungkinan hasil maksimum tidak boleh terjadi nutrisi apapun yang menjadi faktor pembatas. Sebagai contoh, bila ditambah pupuk nitrogen, fosfor dan kalium maka selanjutnya sulfur yang akan menjadi faktor pembatas (FAO, 1970 dalam Blair, 1979).
Berdasarkan fakta tersebut masih diperlukan identifikasi secara kuantitatif besarnya pupuk NPK yang cukup dan rendahnya unsur sulfur. Agar lebih jelas maka dibuat kurva hasil tanaman secara umum (Gambar 1.2). Dalam kurva tersebut digambarkan bahwa nutrisi tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman berada pada zone defisiensi (kekurangan), zone cukup atau zone keracunan (kelebihan).
2.      Hukum peningkatan Hasil yang Makin berkurang oleh Mitcherlich
Status nutrisi pada Gambar 2 tidak dapat selalu berlaku umum, oleh karena itu  perlu   dirinci  lebih   detil   tergantung   berapa   macam   nutrisi   dalam   status






 


Gambar 1.1.  Gentong hukum minimum Leibig.   Contoh apabila N, P dan K dicukupi maka untuk mencapai hasil yang tinggi, belerang menjadi factor pembatas (FAO, 1970 dalam Blair, 1979).
 
 





















kekurangan. Tampaknya hubungan antara penambahan nutrisi dengan status nutrisi yang rendah apabila dicukupi  maka pengaruhnya terhadap hasil tanaman mengikuti kurva yang tidak linier tetapi cenderung kurvilinier. Fenomena ini dikemukakan oleh Mitcherlich (1909). Beliau memformulasikan dalam The Law of Diminishing Returns atau Hukum Peningkatan Hasil yang Makin Berkurang, isinya:
“The yield response to a unit application of fertilizer was proportional to the difference between the yield and the maximum yield”.
Artinya:  Penambahan hasiltanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Persamaan matematiknya sebagai berikut:
 
                                   










Gambar 1.2.  Kurva hasil tanaman secara umum.
 
 



Y = A (1 - B-cx)
Dimana:           Y = hasil aktual  (kg/ha)
                        A = hasil maksimum (kg/ha) nutrisi tidak menghambat pertumbuhan
                        B = respon maksimum akibat penambahan nutrisi
                                                (A-hasil pada X)                                
B =
                        A
                        c = koefisien yang menggambarkan kurva respon tersebut
                        x = besarnya faktor luar yang ditambahkan (kg/ha)
Untuk  lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 1.3.





 



Gambar 1. 3.  Hubungan antara besarnya factor luar dan hasil menurut kurva respon Mitcherlich (Blair, 1979).
 
 










3.   Hubungan antara Nutrisi Tanaman dan Hasil Mengikuti Pola Kuadratik
            Persamaannya:
                                                Y1 = a + bx1 + cxi
Dimana:          
Y1        =  hasil tanaman akibat penambahan nutrisi xi (kg/ha)
                        x1            =  besarnya nutrisi (kg/ha)
a, b, c =  konstanta

Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan bahwa hasil maksimum (Ymaks) dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis x1, hasil justru menurun.  a: menunjukkan hasil tanaman yang dicapai tanpa penambahan nutrisi.
Untuk lebih jelasnya informasi yang diperoleh untuk mencapai hasil yang tinggi akibat penambahan nutrisi tanaman lebih dari satu macam dapat diperoleh regresi berganda, secara umum persamaannya untuk dua macam nutrisi adalah sebagai berikut:
                        Y = a + b1x1 + b2x12 + b3x2 + b4x22 + b5x1x2
                Bentuk kurva responnya merupakan suatu bidang (Gambar 1.4). Tentunya gambar bidangnya makin rumit dengan bertambahnya jumlah macam x.





 



Gambar 1.4.  Permukaan respon (ABCD) masukan dua macam nutrisi tanaman (x1 dan x2)
 
 












BAB II
UNSUR ESENSIAL BAGI TANAMAN, UNSUR MAKRO DAN MIKRO



A.  Definisi Unsur Esensial
Kurang dari seperempat unsur yang ditemukan di dalam bumi telah diketahui manfaatnya yang penting. Beberapa unsur tersebut telah diketahui peran biokimianya dalam kehidupan. Tanpa unsur-unsur itu organisme hidup tak dapat bertahan hidup.  Unsur-unsur ini disebut dengan unsur esensial. Secara universal unsur esensial benda hidup adalah C, H, O (dari udara dan air), N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu, Cl dan Mo. Unsur lainnya yang esensial bagi tanaman tingkat tinggi adalah B, Co, Na, Rb, V, Si, Se dan Al.
Jadi secara keseluruhan terdapat enam belas unsur yang diakui sebagai unsur esensial, sedangkan enam atau tujuh termasuk unsur  nutrisi fungsional. Nutrisi fungsional adalah unsur yang tidak mempunyai lima kriteria esensial yang dikemukakan oleh Graham (1975). Beberapa unsur lainnya yang ditemukan dalam jaringan tanaman tetapi tidak diketahui fungsinya dan tidak menampakkan dalam jumlah yang mengakibatkan kematian. Oleh karena itu tidak semua unsur yang ditambahkan dalam jaringan tanaman dalam jumlah besar masih esensial.

B.  Kriteria Esensial
Arnon pada tahun 1950 mengajukan kriteria esensial. Kriteria unsur esensial yang beliau kemukakan adalah sebagai berikut:
-          Apabila unsur diambil dari media tanaman, maka tanaman tidak dapat melengkapi pertumbuhan vegetatif dan siklus hidupnya
-          Apabila fungsi spesifik biokimianya tidak dapat diganti oleh unsur lainnya
-          Apabila unsur tersebut merupakan komponen yang diperlukan dalam pembentukan metabolit esensial
Kriteria di atas diperjelas oleh Graham (1975). Secara terinci kriterianya adalah sebagai berikut:
-          Apabila unsur dibuang, pertumbuhan tanaman terhambat
-          Apabila unsur disuplai  kembali, pertumbuhan kembali proporsional dengan jumlah unsur yang disuplai tersebut
-          Apabila pertumbuhan sangat terhambat, karakteristik gejala defisiensi (kekahatan) tampak
-          Tidak adanya suplai nutrisi, mengakibatkan siklus hidupnya tidak sempurna
-          Fungsi biokimianya secara spasifik pada unsur tersebut harus ada dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lainnya
Fungsi umum unsur esensial di dalam tanaman:
1.      Komponen penyusun protoplasma dan dinding sel. 
C, H, O, N, S dan P semuanya sangat penting dalam komponen permanen protoplasma dan dinding sel. C, H, O semuanya merupakan bagian tubuh tanaman. N penting sebagai unsur penyusun protein dan asam nukleat, S unsur penyusun protein, P unsur penyusun protein dan asam nukleat, Mg penting sebagai penyusun klorofil, Ca penyusun dinding sel dalam bentuk kalsium pektat.
2.      Berpengaruh terhadap tekanan osmotik tanaman.
Tekanan osmotik dan osmotik-osmotik lain yang berhubungan dengan sel tanaman diatur oleh adanya bahan organik dan garam mineral yang melarut di dalam cairan sel.
3.      Fungsi katalitik.
Beberapa unsur seperti Fe, Cu, Zn, Mn, Mo dan Cl dan seterusnya semuanya diperlukan dalam sejumlah proses katalitik untuk aktif dalam berbagai reaksi enzimatik di dalam sel. Unsur-unsur tersebut mungkin menjadi bagian kelompok prostetik enzim atau koenzim, atau dapat bertindak sebagai aktivator reaksi.
4.      Fungsi antagonistik dan keseimbangan.
Beberapa unsur seperti Ca, Mg, K, berinteraksi dengan efek racun dari unsur mineral yang lain dengan cara mengatur keseimbangan ion.



C.  Unsur Makro dan Mikro
Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman, unsur esensial diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo). Sementara itu sebagian besar peneliti mengkatagorikan dalam tiga kelas (Sillanppaa, 1972) yaitu:
-          Unsur hara primer atau major nutrient (N, P dan K), karena diperlukan relatif dalam jumlah besar (sering diekspresikan dari proses bobot kering) dan secara beraturan diberikan ke dalam tanah melalui pemupukan
-          Unsur hara sekunder (Ca, Mg, S), karena relatif banyak terdapat di dalam tanah dan tanaman dalam pemupukan sebagai unsur pengering atau secara terpisah sebagai soil amandement atau sebagai kapur dan gipsum
-          Trace elements atau minor elements atau micro elements atau micro nutrients. Unsur-unsur ini, baik di dalam tanah maupun tanaman jumlahnya sedikit, misalnya : Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo.
Kandungan unsur baik di tanah, laut, udara, dan tanaman yang terbanyak adalah oksigen. Hal ini menyadarkan kita akan pentingnya arti oksigen dalam kehidupan makhluk hidup ini. Khususnya pada tanaman, lebih dati 90% dari bobot bahan keringnya terdiri dari 3 macam, yaitu, C, H, O, yang ketiganya tergabung di dalam karbohidrat. Hal ini berarti bahwa bobot kering tanaman sebagian besar ditentukan oleh bobot dinding selnya, yang mana dinding sel sebagian besarnya tersusun dari selulosa.

Tidak ada komentar: